CERITADEWASA | Video ngentot memek | Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku
Setelah kejadian kemarin saat aku menonton adegan hot istriku arini dengan pak RT dan anaknya aku terus memikirkan bagaimana cara agar dapat menghukum arini atas perbuatannya. setelah ku pikir masak-masak aku pun melakukan langkah pertama yaitu mengintrograsi arini jika pulang dari kantor nanti. namun sepertinya dewa keberuntungan sedang berada dipihakku saat ini karena hari itu aku mendapati fira anak tiri dari pak RT yang memiliki body yang beh sekel padet and yang terpenting bispak itu sedang melamar pekerjaan di kantor karena tanpa sengaja aku melihatnya memasuki ruang HRD. diam-diam aku menunggu fira keluar dari ruangan itu aku ingin tau apakah dia diterima atau tidak. setelah 15 menitan fira keluar dengan wajah mumet dan sedih aku mengira dia pasti gagal dalam ujian wawancara karena HRD kami sangat ketat dalam seleksi karyawan dan dia benar-benar ingin karyawan-karyawan terpilih saja yang bekerja di tempat kami. aku berpikir cepat dan langsung bergegas masuki ruang HRD itu. "pak solehin" tegurku saat memasuki ruang HRD dan melihatnya sedang membereskan berkas bekas wawancara tadi. "ya ada apa pak ardi?" tanyanya saat menoleh "saya boleh tanya tadi cewek yang ngelamar di sini di terima atau tidak?" tanyaku balik padanya "tidak dia terlalu kikuk orangnya pak ardi. memang kenapa kok pak ardi bertanya seperti itu?" jawab pak solehin "saya kenal dengan gadis itu pak dia tetangga saya." jawab ku dengan cepat "lalu hubungannya apa dengan masuk atau tidak di kantor ini?" tanyanya lagi "gini lho pak saya ingin dia di terima di kantor ini dan sebagai gantinya..." kataku terpotong untuk membuatnya penasaran "sebagai gantinya apa pak ardi?" tanyanya mulai penasaran dan tanda pancinganku berhasil. "pak solehin boleh bersetubuh dengan istri saya." jawabku sontak membuat pak solehin kaget bukan main. mungkin pak solehin juga adalah orang yang tegas tapi dia juga sering ku dapati mencicipi tubuh gadis-gadis yang wawancara dengannya dan semua gadis yang melakukan itu di terima tapi kalau kinerjanya jelek mereka paling lama bertahan 6 bulan. aku bahkan sempat berhasil menyetubuhi karyawan yang masuk karena bersetubuh dengan pak solehin ini. "gak salah tuh pak ardi istrimu yang bahenol itu?" tanyanya masih tidak percaya "iya pak solehin. bapak bebas ngentotin istriku selama satu hari penuh asal gadis tadi di terima." ujarku menegaskan perkataanku pada pak solehin. "baiklah kalau begitu urusan menerima gadis itu gampang sekarang masalahnya istrimu mau tidak aku gituin nanti aku kena pidana pemerkosaan lagi." pak solehin mengeluarkan keraguannya "udah pak tenang aja aman ko saya yang jamin bapak tidak akan kena pidana malah istri saya akan dengan senang hati memberikan seluruh tubuhnya pada bapak nanti saya jamin." aku kembali menjelaskan agar pak solehin tidak ragu lagi. akhirnya perundingan hari itu selesai dan kami berdua esokan harinya fira di telepon oleh pak solehin dan hal yang membuatnya kaget adalah tiba-tiba hari itu dia di terima kerja padahal kemarin pak solehin bilang masih ragu dengan kemampuannya. lalu dengan terburu-buru pun fira bergegas menuju kantor pak solehin untuk mengkonfrimasi pernyataan dari pak solehin tersebut."pak beneran saya diterima pak?" tanya fira dengan panik dan gugup saat itu "iya kamu diterima kamu beruntung punya kenalan di perusahaan ini jadi kamu mendapatkan recomendasi dairnya. benar-benar kau adalah gadis yang beruntung." pak solehin menjelaskan "hah kenalan yang merekomendasikan diriku kira-kira siapa ya?" pikir fira membatin saat itu. "sekarang kamu saya tempatkan sebagai sekertaris dari bagian akuntansi tugasmu sehari-hari adalah membantu dia menyelesaikan pekerjaannya agar lebih cepat dan tepat mengerti?" tanya pak solehin membuyarkan lamunan fira "ya pak saya mengerti." fira gugup menjawabnya sehingga kata-katanya terbata-bata. setelah itu fira keluar ruangan HRD dengan hati gembira karena mulai besok dia sudah bekerja di perusahaan itu, tapi dia tidak tau itu adalah awal baginya untuk menjadi mainan seks ardi yang kedua setelah itu seperti yang di instruksikan oleh ardi arini datang ke tempat yang di janjikan yaitu sebuah hotel bintang 4 arini hari itu selama 24jam di perintahkan ardi untuk melayani bosnya itu awalnya arini menolak tapi saat ardi memperlihatkan videonya saat bersetubuh dengan pak RT arini menyerah untuk menolak lagi. arini pun sampai di kamar nomor XX di lantai 3 hotel itu. "ohh jadi kamu sudah datang ya arini. tepat waktu juga kamu ya ardi pasti sangat rajin ngelatih kamu ya." hinaannya langsung menerjang arini saat membukakan pintu kamar tersebut. saat arini masuk pak solehin langsung mengunci pintu kamar dan langsung memeluk arini dari belakang sambil meremas payudaranya dari luar kaos T-shirt arini, tapi tentu itu sama saja dengan meremas tanpa alas karena arini tidak memakai BH. "kamu gak pakai BH arini?" tanya pak solehin agak heran "iya saya cuma cewek gatel yang beruntung bisa jadi istri tuan ardi pak dan karena tuan ardi mengetahui hal itu saya sudah tidak memerlukan BH lagi pak." jawab arini dengan suara yang lembut. tapi hal itu malah membangkitkan birahi pak solehin dan membuat dirinya semakin ganas meremas payudara arini yang empuk dan padat itu. tangan pak solehin tidak hanya berhenti samapai situ sekarang tangannya mencoba menyusup ke balik kaos arini dan tangan yang satunya mencoba menyusup ke dalam celana jins pendek milik arini. dan tentu dengan mudah pak solehin berhasil menjarah dua titik incarannya tersebut karena selain arini tidak melawan arini pun sepertinya sudah mulai menikmati permainan pak solehin karena sekarang saja puting arini sudah sangat keras dan terlihat menojol dari balik kaosnya yang agak ketat itu. "ehmmmm" arini pun mulai mendesah saat vaginanya yang basah itu tersentuh jari kasar pak solehin bukan cuma itu pak solehin pun langsung menyerang cloris arini tanpa ampun. "uhhhhh... shhhhsssss" arini makin mendesah akibat perbuatan pak solehin yang memang ahli dalam merangsang tak jarang pak solehin dapat membaut sorang wanita yang hasrat seksnya terpendam dan menjadi alim berubah total kemabli menjadi penggila seks bahkan lebih parah dari sebelumnya. pak solehin terus mempertahankan seranganya terhadap tubuh arini dan mulai menaikan tempo serangan sedikit demi sedikit. mula-mula pak solehin mulai memilin puting arini dari balik kaos T-shirtnya. puting arini yang sudah mengeras itu sangatlah mudah dirangsang dan memberikan sensasi luar biasa bagi arini. sebenarnya arini ini mandul karena sebuah kecelakaan yang membuat dirinya terpaksa mengangkat rahimnya dulu dan entah perbuatan dokter atau tidak semenjak selesai operasi payudara dan vagina arini itu sangat lah sensitif sehingga sangat mudah untuk dirangsang dan membuat arini menjadi hyperseks dulu. tapi sisi positifnya payudara arini tidak pernah mengendur sedikit pun meski sudah banyak lelaki yang meremas benda itu dan menyusu di sana. arini semakin terangsang saat ini karena pak solehin lagi-lagi menaikan tempo rangsangannya dan memasukan 2 jari tangannya dan menggesek-gesek dinding vagina arini yang sedari tadi memang sudah sangat gatal. arini saat itu sudah tidak dapat berpikir "uhhhhhh...shhh..ahhhh..." dia hanya bisa mendesah dan mendesah saat tubuhnya dirangsang abis-abisan oleh teman sekantor suaminya itu. tiba-tiba setelah melihat arini sudah kehilangan akal sehatnya akibat rangsangannya pak solehin menghentikan perbuatannya. "pak ko... berhenti....ha...ha..." tanya arini dengan nafas yang berat dan mata yang sayu. "saatnya kamu saya ajarkan cara jadi wanita yang baik bagi setiap lelaki arini. saya akan mendidik mu agar menjadi wanita penggila seks bahkan kau lah yang akan memohon nanti pada laki-laki untuk menyetubuhi dirimu." ujar pak solehin dengan muka mesumnya sambil menurunkan pundak arini dan mengarahkan kepala arini pada penisnya yang mengacung. entah sejak kapan pak solehin melepas celananya itu tapi sekarang sebuah penis yang super panjang sedang berada dihadapan arini. tanpa disuruh dua kali arini mencium penis tersebut dengan mesra dan mulai menjilati kepala penis itu. setelah merasa cukup liur yang diberikan oleh lidah arini sekarang arini mulai memasukan penis itu kedalam mulutnya dan tentu saja benda itu tidak muat di mulut arini. hanya kepalanya pnisnya saja yang berhasil masuk ke dalam mulut arini tapi itu cukup untuk menaikan birahi pak solehin. karena tak mau buru-buru keluar pak solehin akhirnya menarik kepala arini dan mengangkat tubuh arini agar berdiri. lalu menyandarkan tubuh gadis cantik itu ke dinding dan dengan ganas menelanjangi arini yang masih lemas karena tubuhnya masih dalam keadaan terangsang dan belum pulih benar. setelah berhasil menanggalkan seluruh pakaian arini pak solehin tidak buang waktu dan kembali mengerjai tubuh arini. mulai-mulai pak solehin menggunakan teknik phpnya dengan menyelipkan penis panjangnya kesela-sela paha arini dan membuat benda itu bergesekan dengan vagina arini yang mulus tanpa bulu itu. pak solehin terus mengesek-gesek vagina arini tanpa membuat benda itu masuk ke liang vagina arini. dan kita semua pasti arini saat itu sangat menginginkan benda itu masuk buktinya sekarang arini mulai menggoyangkan bokongnya agar vaginanya dimasuki oleh penis pak solehin tapi ternyata pengalaman pak solehin lebih banyak sehingga menghidari goyangan arini bukanlah hal yang sulit baginya. "uhhhh pak masukin arini sudah gak tahan." arini mulai mengeluh karena saat itu cairan vaginanya sudah mengalir dan sangat basah bahkan terus menerus menetes kelantai. "arini kalau dirimu yang pencinta seks belum mengakui kenyataan bahwa kau adalah wanita pecinta seks dan setiap lelaki berhak atas tubuh mu aku tidak akan memasukan batang kontolku ini arini." ujar pak solehin kembali memasang wajah mesumnya. "sial kalau begini terus gua bisa gila karena kontol panjang itu." saat arini mulai mengeluh dalam hatinya sepertinya hal itu sudah terlambat bagi tubuhnya. arini saat itu benar-benar sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. karena sekarang saja mata arini sudah penuh kekosongan dan cairan vaginanya lebih bebas keluar dari sebelumnya. "pak... enak pak... saya ini cuma wanita binal yang doyan peler dan kontol pak.... saya .... bahkan lebih rendah dari pelacur dan setiap lelaki berhak atas tubuh saya pak... uhhhh...sjhhhh.." arini berbicara seperti itu karena sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. itu adalah keinginan tubuhnya. pak solehin menyadari arini sudah kalah telak dalam perang rangsangan tersebut dan mulai memasukan penisnya ke dalam vagina. "uhhhhhhhhhhhh...ahhhhhhhhhhhhhhhhh......" arini menggerang panjang karena rasa nikmatnya penis itu sekarang menjadi puluhan kali lipat dari penis-penis lainnya yang pernah menyetubuhinya. "kena juga kamu arini sekarang kamu akan jadi mainanku. ardi bodoh memberikan celah untuk membuat istrinya menjadi maniak seks begini." pikir pak solehin tersenyum penuh kemenanngan. saat pak solehin menggenjot tubuh arini semakin kencang itu membuat arini makin bergoyang dan makin kehilangan akal sehatnya. sekarang yang ada di pikiran arini adalah seks seks dan hanya seks untuk membuat vagina puas. "uhhhhh..ahhhhh enggggggggahhhhhhh" arini kembali menggerang saat pak solehin mempercepat tempo genjotannya tapi setelah 15 menit menggenjot tubuh arini dalam posisi berdiri pak solehin mulai bosan dan menggati gaya tubuh arini saat ini berada di atas dan itu membuat arini bebas mencari kepuasannya sendiri dari batang penis pak solehin. dalam gaya terserbut arini mendapat 4 kali orgasme yang dasyat dan saat arini ingin mendapat orgasme ke limanya penis pak solehin juga sudah mulai berkedut. "pak say....a ham....pir sam...pai lagi..." ujar arini terpatah-patah. "saya juga neng... barengan..." dan setelah 3 menit mereka berdua pun orgasme dasyat sekali apa lagi pak solehin spermanya benar-benar banyak sampai mengucur deras keluar vaginanya. arini pun di suruh membersihkan penis pak solehin itu dengan sangat lembut dan hati-hati. efeknya pak solehin kembali dalam keadaan siap tempur kembali dan persetubuhan mereka pun berlanjut sampai 4 ronde hari itu. tatapan mata arini pun mulai hari itu berubah total menjadi sayu dan vaginanya selalu saja lembab seakan tidak ada puasnya dan saat arini pulang kerumahnya pun saat di bus arini membiarkan seorang pria menjamah tubuhnya karena saat itu kondisi sangat menguntungkan arini sedang berdiri di tengah kepadatan penumpang dan kedua tangannya terjepit dalam hapitan dua orang sementara yang satunya berpegangan pada pegangan agar tidak jatuh tapi hel itu membuat pelaku semakin gencar mengerjai tubuh arini. saat itu arini hanya diam saja dan menerima perlakuan sang pelaku dengan pasrah setelah melihat sang korban pasrah pelaku itu pun membisikan sesuatu pada arini. "pengen gak aku entotin kamu biar gak sange lagi sayang?" bisikan itu membuat arini merinding tapi arini malah menganggukan kepalanya dan pertanda bahwa dia mau bersetubuh dengan orang asing itu. "kalau gitu sekarang kita turun soalnya kalau lebih jauh lagi bakal sampe tempat rame." bisiknya sambil menarik tangan arini dan bersiap turun. mereka berdua pun turun arini melihat pemuda yang menariknya itu badannya kurus dan mukanya jauh dari yang namanya cakep apa lagi membawa arini memasuki sebuah kebun pisang di dalam sebuah gang pemuda itu pun langsung memeluk arini dan menciumnya dan membuat arini kembali terbuai akan rangsangannya yang nikmat bahkan saat itu pemuda itu lebih berani dari sebelumnya karena sekarang saja dia sudah membuka celananya sehingga penisnya yang besar dan gemuk itu pun terpampang dan bergelantungan bebas. sambil terus merangsang arini pemuda itu dengan cepat meloloskan celana jins pendek yang digunakan arini dan juga CDnya. dengan penuh nafsu pemuda itu menggesek-gesekan penisnya pada vagina arini dan juga tangannya menyusup dalam kaos yang digunakan arini lalu mulai memilin putingnya yang sudah kembali mengeras. "ahhhhh....ehhmmmmm..." arini mendesah tertahan oleh ciuman karena penis gemuk itu berhasil memasuki vagina arini yang memang sudah sangat lembab. pemuda itu dengan ganas memaju-mundurkan penisnya dan pemuda itu terlihat belum puas sampai di situ dia mulai meloloskan kaos yang di kenakan arini lalu mengulum puting arini dan tidak lupa mencupang bagian itu."sayang ...uh uh uh... kamu bener-bener hot ...." pemuda itu semakin ganas menggenjot tubuh arini sambil berdiri. arini saat itu tentu saja sangat pasrah menerima keadaan karena memang arini sangat ingin sang pemuda itu lebih ganas menyetubuhinya. "uhhhhhh... gua mau keluar coy..." racau pemuda itu. "sabar bang saya juga uhhh..." arini pun mendapat orgasme bersamaan dengan pemuda itu.. "crott...crot...crot..crot.. gak nyangka gua bisa ngentotin cewek capek kaya kamu sayang." ujarnya setelah berhasil mengeluarkan 4 semburan lahar panasnya ke dalam liang vagina arini. "iya bang abis kan abang yang nakal bikin arini sange." goda arini dengan nafas berat. "haha dasar amoy kalo lu gak gua bikin sange dulu mana bisa gua ngentotin lu." ujarnya mulai menghina arini. "dah ya bang saya mau pulang dulu." ujar arini sambil memakai kembali pakaiannya "eh.. nomor hpnya donk kan gua pengen ngentotin lu lagi dan sapa tau kita jodoh." ujar pemuda itu dengan senyuman mesumnya. "saya udah punya suami bang udah ya nanti kalau ketemu lagi baru dah boleh lagi." ujar arini dengan kedipan mata yang nakal. - BERSAMBUNG -
CeritaDewasa Istri Pak RT Yang Sangat Haus Sex Tidak ada voting Aku adalah anak tunggal di keluargaku. Namaku Doni. Umurku waktu itu 17 tahun. Aku siswa sebuah SMU Swasta dikotaku. Bapakku adalah seorang pengusaha menengah yang cukup sibuk, dia sering pergi keluar kota umtuk waktu yang tidak tentu. Ibuku juga sering ikut bersamanya.
Cerita Cerbung Karna Suami Sibuk Terpaksa Selingkuh Pak RT Chapter 1 – Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu .. Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.. Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya. Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku. Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an. Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh. Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal. Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung. Sekali aku nyeletuk, N’tar dilihat orang Pak’, Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia. Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora, Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik .. Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku .. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’. Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’. Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain sejam’?? Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku. Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar ..’, Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.. Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku. Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk. Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini. Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar .. , uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku. Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini. Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’. Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee.. Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu. Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku .. Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass .. Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku. Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini. Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass.. BERSAMBUNG Karna Suami Sibuk Terpaksa Selingkuh Pak RT Chapter 2
Bagikepada teman Kisah Dewasa Ibu Maya Yang Baik Cerita bokep – Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta, Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin, Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu
Poker Online – Hambali adalah ketua RT di daerah tempat saya tinggal. Dia sering datang ke rumah saya untuk mengumpulkan uang lokal dan biaya air bersih. Dia adalah seorang pria berusia 50-an dan memiliki dua istri. Memang orang yang benar mengatakan bahwa dia adalah orang tua, buktinya adalah ketika saya berada di rumah saya saat saya lewat di depannya, matanya sering menatap saya seolah matanya transparan di balik pakaian saya. Bagi saya tidak apa-apa, saya senang jika tubuh saya dikagumi oleh pria, terkadang saya memakai gaun rumah seksi saat saya lewat di depannya. Aku yakin dalam pikirannya pasti penuh dengan hal-hal kotor tentang diriku. Suatu hari saya di rumah sendiri. Saya melakukan kebugaran untuk menjaga bentuk dan stamina tubuh saya di ruang belakang rumah saya dengan beberapa peralatan fitness yang tersedia. Saya memakai baju bagus dan menyerap keringat dalam bentuk lengan tanpa lengan tanpa lengan hitam dengan belahan dada rendah sehingga payudara montok saya sedikit menusuk terutama saat saya melihat ke bawah terutama karena saya tidak memakai bra, juga celana pendek ketat yang tercetak padam saya. pantat. Ketika saya melatih paha saya, tiba-tiba bel berbunyi, saya segera mengambil handuk kecil dan mengelap keringat sambil berjalan ke pintu. Saya melihat dari jendela, Mr Hambali yang datang, dia ingin mengumpulkan biaya pipa ledeng, yang ayah saya percayakan kepada saya pagi ini. Aku membuka pagar dan mengundangnya masuk “Tolong Pak duduk ya, sambil menungguku mengambil uang” Senyumku dengan ramah mengajaknya duduk di ruang tamu “Seberapa tenangnya, di mana kau?” “Papa hari ini pulang, tapi uangnya sudah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan teman sama” Seperti biasanya, matanya selalu menatap tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat. Saya juga menyadari bahwa dadaku mengintip saat dia menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya. “Minum Pak” tawark saya lalu saya duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kanan saya sehingga paha dan putih saya lebih terlihat. Nuansa teduh mulai terasa di ruang tamu yang nyaman Dia bertanya kepada saya seputar masalah orang muda, seperti ceramah, hobi, keluarga, dan lain-lain, namun matanya tetap telanjang. “Bayangkan citra olah raga dengan baik, karena badan wajah berkeringat merah lagi” katanya “Iya ya pak, wajar kalau cewek harus menjaga jenazahnya, sekarang pas banget banget banget ya, mau dipijat itu, ayah bisa bantu pijitin ga?” Aku menggoda saat dia mendorong pahaku. Poker Online – Tanpa diminta lagi dia langsung bangkit dan bergerak disampingku, sambil berdiri aku melihat dia melihat putingku menonjol dari balik bajuku, juga kulihat kontolnya ngaceng yang berat membuatku tidak sabar untuk pegang benda itu. “Biar Dik, kesinikan kaki izinkan saya memijat” Saya kemudian mengubah posisi duduk saya ke samping dan menempelkan kaki saya ke arahnya. Dia mulai memijat pahaku ke betisku. Uuuhh … pijatannya benar-benar bagus, telapak tangannya yang kasar membelai paha putih mulusku membangunkan birahku. Aku menghela napas saat menggigit bibir bawahku. “Pijat ayah yang bagus ya Dik?” Dia bertanya “Ya pak, tetap dong … enak … .mmhh!” Aku terus menghela nafas Pak Hambali, desahku kadang kuhadapi dengan meregangkan tubuh. Dia berani mengelus paha bagian dalam tubuhku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya “Enngghh … pak!” Aku mendesah lebih intens saat merasakan jari-jarinya mengelakkan bagian itu Tubuhku semakin menggelinjang jadi nafsu Pak Hambali malah bertambah dan tak terbendung. Celana olahraga saya ditarik keluar dengan celana dalam saya. “Aryw …!” Aku berpura-pura kaget saat menutupi pangkal paha dengan telapak tanganku. Melihat reaksi adikku yang tak tahu malu, dia semakin bersemangat, dia menarik celana yang telah tertarik ke lutut dan kemudian dilemparkan ke belakang, kedua tanganku menutupi alat kelamin juga terbuka sehingga rambut berambut tebalku terlihat padanya, klistor merah dan cokelatku. Sudah siap untuk masuk Hambali tertegun sejenak memandangi saya yang terbaring telanjang. “Kamu yang sempurna Dik Citra, dari masa lalu ayah sering membayangkan ngent * kalengmu, akhirnya hari ini juga mencapai” rayunya Poker Online – Dia mulai melepas bajunya agar bisa melihat perutnya yang gemuk dan dadih berbulu. Kemudian ia membuka ikat pinggang dan celananya sehingga benda di belakangnya sekarang bisa terangkat kencang dan tegak. Aku menatap takjub pada organ, begitu besar dan mengakar sehingga aku tidak sabar untuk ambil dan menyedotnya. Pak Hambali membuka pahaku dan mengubur kepalanya di sana sehingga selangkanganku menghadap wajahnya. “Hhmm … wangi, pastinya adik rajin merawatnya dengan baik” gumamnya sambil menghirup selangkanganku yang dipelihara dengan baik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian aku merasakan hal yang lembut dan basah menggelitik vaginaku, oohh … lidahnya menjilat klausulku, kadang menusuk pangkal pahaku. Lidah tebal dan kumisnya sangat menarik bagi saya, saya sangat terhibur sehingga saya menghela napas tak tertahankan saat saya meremas rambutnya. Tangannya meluncur di bawah kemejaku dan mulai meremas payudaraku, jari-jarinya yang besar bermain liar di sana, meremas putingku dan memelintirnya sampai mereka tumbuh lebih keras. “Pak … oohh.. aku juga mau … pak!” Aku mendesah tak tahan ingin menghisap penis. “Kalau begitu bapak turun ya ya dik” katanya sambil mengatur posisi kita sedemikian rupa agar bergaya Aku menaiki wajahnya dan membungkukkan badanku, meraih benda kesukaanku, dalam cengkeramanku, aku dengan lembut mengayunkan sambil menjilatnya. Aku menggerakkan lidahku di sepanjang tongkat, kesaksiannya sesaat, lalu menjilati lagi sampai akhir dimana aku mulai membuka mulutku untuk menelannya. Oohh … batangnya begitu gemuk dan berdiameter lebar seperti badan pemiliknya, jadi saya juga harus membuka mulut lebar-lebar agar bisa mamasukkannya. Aku mulai mengisapnya dan menggosok testis dengan tanganku. Hambali mendesah dengan senang menikmati permainan saya, sementara saya juga merasa geli di sana, saya merasakan ada gerakan berputar-putar di dalam vagina saya dengan jari-jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama membelai klausa dan bibir vagina saya, tidak hanya itu, miliknya. Lidah juga menjilat anus dan vagina saya. Betapa sensasinya yang hebat sampai pinggul saya goyang untuk menikmatinya, juga lebih mengulum penisnya. Selama 10 menit kami menikmatinya sampai ada sedikit kesal dengan suara HP Pak Hambali. Aku melepaskan penisnya dari mulutku dan menatapnya. Hambali menyuruh saya untuk membawa ponselnya di meja ruang tamu, lalu dia berkata Poker Online – “Ayo pergi, terus karaokenya dong, izinkan saya bilang dulu di telepon” Aku tanpa ragu menelan kontolnya lagi. Dia berbicara tentang HP sementara penisnya diambil oleh saya, tidak tahu siapa yang harus diajak bicara, saya hanya berpikir, yang harus saya coba untuk tidak membuat suara aneh. Tangan lain yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkangan saya, terkadang menyelipkannya ke dalam vagina dan anus saya, terkadang meremas pantat pantat saya. Tiba-tiba dia menggeram saat menepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena itu pertanggungjawabanku malah lebih mengasyikkan dan menyedot penisnya sampai dia berusaha menahan duka cita karena masih harus terus melayani. percakapan. Akhirnya muncratlah cairan putih di mulut saya yang saya minum langsung seperti haus, cairan yang menempel pada penisnya juga saya menjilat sampai tidak ada yang tersisa. “Tidak apa-apa … tidak apa-apa … hanya tenggorokan saya ada sedikit masalah” katanya di HP Tak lama kemudian ia menutup ponselnya, lalu bangkit dan meletakkanku di pangkuannya, tangan kirinya didukung di tubuhku. “Wah … dikitra gambar ini juga keras kepala ya, apakah kamu sudah diperintahkan untuk berhenti dulu, eee … malah dibikin lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku “Hehehe … sori deh pak, sudah jadi tanggung jawab saya untuk makan aja, tapi ayah seneng kan” kataku dengan senyum nakal. “Hmm … kalau begitu awas ya sekarang ayah balas membuatmu keluar ya” nyengir, lalu dengan cepat tangannya tergelincir di antara pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuk mendorong dan menusuk vagina saya, saya meringis saat merasakan jari-jari bergerak lebih cepat untuk bermain dengan nafsu saya. Hambali menarik bajuku tanpa lengan dari bahunya dan menyelipkannya melalui lengan kananku, jadi sekarang dadaku yang putih montok muncul. Dengan gairah langsung ia menghancurkan benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit sedikit saat menggigit putingku dan mengisapnya keras, bola mungil itu sepertinya mengencang. Dia membuka mulutnya terbuka lebar agar sesuai dengan semua payudaraku ke dalam mulutnya, di dadanya payudaraku tersedot, merajuk, dan menjilat, rasanya dia ingin memakanku. Sementara pangkal pahaku basah kuyup dengan jari-jarinya, jari-jarinya menusuk lebih cepat dan lebih dalam. Sampai suatu saat nafsu saya terasa sudah di atas, mengalir cairan cintaku dengan cepat. Saya menjepit paha saya di bawah geli saya sehingga tangannya terjepit di antara paha halus saya. Poker Online – Setelah ia menarik tangannya dari pangkal paha, nampak jari-jarinya sudah tertutup oleh cairan bening yang saya lepaskan. Dia menjilat cairan saya yang dijarinya itu, saya juga ikutan menjilat jarinya untuk merasakan cairan cinta saya sendiri. Lalu dia memasukkan tangannya lagi ke pangkal paha, kali ini dia membelai daerah itu seakan menyekanya. Telapak tangannya penuh sisa cairan yang dibalurinya di dadaku “Sayangnya jika dibuang, itu boros” katanya Lagi-lagi lidahnya menjilat dadaku yang basah, sementara aku menjilat cairan di tangannya yang diserahkan kepadaku. Tanganku yang satunya meraba-raba dan meraih penisnya, yang dirasakan olehku batangnya sekarang mengeras lagi, siap untuk memulai aksi selanjutnya. “Enggh … masuk aja aja, sudah mau nih” Dia membalikkan tubuhku, tepat di depannya, tangan kanannya mencengkeram penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Saya membuka bibir vagina saya untuk menyambut masuknya objek. Setelah saya merasa bugar saya mulai menurunkan tubuh saya, perlahan tapi pasti penis mulai tenggelam di pangkal paha saya. Sukacita liar saya membuat Pak Hambali menghela napas lega, untungnya dia tidak menderita penyakit jantung, jika memang kambuh. Baju saya yang masih di bahu kiri menurunkannya sehingga baju itu menggantung di perut saya dan payudara kiri saya terpapar. Tampaknya perbedaan antara kiri masih bersih dengan sisi kanan daritadi menjadi bulan-bulanan sehingga basah dan memerah bekas cupang. Tangannya memutar-mutar payudaraku, saat kumis kumisnya yang kasar terkadang menggosok putingku yang menyebabkan sensasi kesemutan yang menyenangkan. Lidahnya terangkat ke leherku dan memegangnya sementara tangannya terus memainkan payudaraku. Berkat saya sangat tinggi, nafas saya menjadi semakin tidak teratur, dia begitu cerdik dalam bercinta, saya rasa ini baru pertama kali berselingkuh seperti ini. Saya merasa bahwa saya tidak bisa bertahan lebih lama lagi, frekuensi saya bergetar, lalu saya mencium bibirnya. Tubuh kita terus bergerak sambil memainkan lidah kita dengan liar sampai air liur kita mengalir deras di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui bahwa saya akan keluar, dia menancapkan pundak saya sehingga penisnya menusuk lebih dalam dan vagina saya menjadi sesak. Tubuhku gemetar hebat dan jeritanku yang tak tertahankan berasal dari mulutku, perasaan itu berlangsung beberapa saat sampai akhirnya aku terkungkung dalam pelukannya. Poker Online – Dia menjatuhkanku dari pangkuannya, penisnya berkilau karena basahnya cinta. Dia meletakkan tubuh lemasku di sofa, lalu menyerahkan gelas yang berisi teh itu. Setelah beberapa tegukan, saya merasa sedikit lebih segar, setidaknya di tenggorokan saya karena sudah kering saat saya menghela napas dan menjerit. Baju saya masih gantung di perut yang dilepaskannya, jadi sekarang saya telanjang total. Sebelum energi saya benar-benar pulih, Hambali telah menghancurkan tubuh saya, saya hanya bisa menyerahkannya di bawah tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mencium dahi saya, dari sana ciuman sampai ke pipi, berhenti di bibir, mulut kita kembali satu sama lain. Selama ciuman itu, Pak Hambali memasukkan penisnya ke vagina saya, lalu mendorongnya perlahan-lahan, dan aahh … mata tertutup saya menikmati ciuman tiba-tiba saat dia menginjak pinggulnya sehingga penisnya menusuk lebih dalam. Kesenangan ini berlanjut, saya sangat menikmati gesekan gesekan dinding vagina saya. Payudaraku menggosok dadanya yang berbulu, pahaku melongo ke pinggangnya. Aku mengerang tak terkendali saat menggigit jari sendiri. Sementara pinggulnya berdegup kencang di atas saya, mulutnya terus-menerus menumbuk atau menjilat bibir saya, wajah saya jadi basah tidak hanya dengan keringat, tapi juga dengan air liur. Telinga dan leherku tidak luput dari lilitannya, lalu dia mengangkat lengan kananku dan dia menancapkan kepalanya ke sana. Aahh … ternyata dia menyikat bibir dan lidahnya dengan ketiakku yang mulus, kumis kasar menggelitikku sehingga desahanku bercampur tawa. “Uuuhh..Pak … aakkhh …!” Saya kembali mencapai orgasme, vagina saya semakin kebanjiran, tapi tidak ada tanda dia keluar segera, dia terlihat sangat menikmati ekspresi wajah saya yaitu orgasme. Suara menjilat cairan sudah jernih setiap kali dia menusuk penisnya, cairanku mencair di mana-mana sampai merendam sofa, sofanya yang lebih ringan dari kulit, mudah membersihkan dan membuang bekas luka itu. Tanpa melepaskan penisnya, Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan mengangkat betisku ke pundaknya. Tanpa memberi saya istirahat dia terus mengocok pangkal pahaku, saya tidak cukup kuat untuk mengerang karena leher saya terasa sakit, saya hanya bisa bau seperti ikan yang keluar dari air. “Ayah sudah mau … dik … Citra … !!” Dia mendesah untuk mempercepat goyangnya. “Di luar … pak … ahh … uuhh … lagi subur” kataku sambil berkata meski suaraku putus. Segera dia menarik penisnya dan menurunkan kakiku. Dia memanjat ke wajahku, lalu dia meletakkan penisnya masih tegak dan membasahi bibirku. Saya memulai pekerjaan saya, kukulum dan kukocok tanpa henti sampai dia mengerang keras dan menyambar rambut saya. Semprotan itu menyemprotkan wajahku, aku membuka mulut untuk menerima semprotan itu. Setelah semprotan mereda saya masih mengocok dan mengisap penisnya seakan tidak meninggalkan setetes pun. Batang kujilati aku bersihkan, benda itu mulai menyusut perlahan di mulutku. Kami memeluk tubuh lemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Poker Online – Sofa tempat saya berbaring direndam dengan keringat dan cairan cinta saya yang menetes. Masih telanjang, aku terhuyung-huyung ke dapur untuk mengambil kain lap dan segelas air. Ketika saya kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan kemejanya lagi, lalu menelan sisa air di gelasnya. “Wah Dik Citra sangat hebat, istri ayah sekarang tidak sekuat saudara kandungnya lagi saat mereka sering melayani ayah sekaligus sekaligus” dia memuji bahwa saya hanya merespon dengan senyuman manis. Setelah berpakaian lagi, saya mengantarnya ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar ia melihat kanan kiri terlebih dahulu, setelah yakin tidak ada orang yang menepuk pantatku dan mengucapkan selamat tinggal. “Lain kali ada kesempatan kita bermain lagi dengan baik Dik” “Bagian bawah bandot, tidak cukup untuk memiliki dua istri, masih meniup anak laki-laki,” kataku pada diri sendiri Akhirnya saya mandi tubuh saya dari sperma, keringat, dan air liur. Semprotan air menyegarkan tubuh saya setelah seharian berolahraga dan berolahraga. Beberapa menit setelah mandi, ibuku pulang. Katanya bau ruang tamu itu bagus sehingga kepayahannya agak berkurang, saya tersenyum hanya karena ruangan itu terutama sekitar “medan aksi” kami sudah saya semprotkan freshener udara untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
Okesingkat aja, cerita ini bermula ketika aku sedang membereskan semua peralatan karena hari itu sepi pendatang, mungkin karena cuaca memang hujan deras. Tiba-tiba seorang wanita dari jauh terlihat menghampiri, ternyata dia adalah bu Een, warga rt 2 yang sehari-hari mebantu suaminya d warungnya.
setelah sebelumnya admin telah berbagi kisah Selingkuh Dengan Sahabat Suamiku Yang Gagah Perkasa kini ada Bercinta Dengan Anak Pak RT Yang Begitu Menggoda pastinya tak kalah menarik dari cerita sebelumnya. Oke langsung aja om dan mbak simak cerita seks terbaru tersebut berikut ini. Sudah hampir dua bulan aku ngekost di rumah Pak Irwan ketua Rt kampung Bojong daerah Bekasi. Kebetulan aku mendapatkan kontrak kerja selama setahun untuk sebuah proyek pembangunan apartemen di Bekasi. Dan selama itulah aku memendam hasrat dengan Bu Anne yang merupakan istri Pak Irwan. Aku tertarik pada Bu Anne sejak pertama kali masuk ngekost. Hampir setiap hari aku membayangkan ngentot dengan Bu Anne yang memiliki toket montok dan tubuh seksi. Dan ternyata Bu Anne juga memendam hasrat yang sama denganku. Akhirnya kamipun sering mencuri waktu dan diam-diam bercumbu dikala Pak Rt sedang keluar rumah. Tapi hasratku kepada Bu Anne jadi hilang seketika disaat tiba-tiba anak Pak Irwan yang kuliah di Surabaya pulang ke rumah. Vivi nama gadis itu, dia cantik, langsing dan berkulit putih tapi toketnya tidak terlalu besar, jauh berbeda dengan Bu Anne yang memiliki toket yang sangat montok. Siang itu aku dimintai tolong sama Bu Anne untuk mengantar Vivi mencari tiket Bus supaya Vivi segera kembali ke Surabaya, dengan maksud agar Vivi tak lama berada di rumah dan tak menganggu hubungan kami. Akupun mengiyakan perintah Bu Anne. Dalam perjalanan kami tak banyak mengobrol bahkan terkesan diam. Tiba-tiba dering hp Vivi berbunyi memecahkan kesunyian diantara kami, dengan segera Vivi mengangkat telpon itu. Aku tak tahu entah siapa yang menelponya dan apa yang sedang dibicarakannya, raut wajah Vivi berubah seketika, matanya berkaca-kaca tak lama air mata itupun terjatuh membasahi wajah Vivi. Akupun langsung menghantika laju mobil dan berhenti ke pinggir di depan sebuah rumah makan. “Lho kamu kenapa Vi? “ tanyaku penasaran. Tapi entah kenapa begitu melihat Vivi menangis , kontolku malah jadi tegang. Apa mungkin karena wajahnya tambah cantik ang membuat kontolku berdiri. Vivi tak menjawab pertanyaanku, dia terus menangis dan lalu bersandar dipundakku. Aku merasa kasihan melihat kedaan Vivi, aku berusaha untuk menenangkannya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah makan tersebut. Setelah masuk ke dalam rumah makan tiba-tiba Vivi bercerita “Hidupku serasa sudah selesai mas, aku ingin mati saja” katanya sambil sesenggukan. “Hust, jangan ngomong gitu Vi ndak baik, emang kenapa sih?” tanyaku semakin penasaran. “Tadi pacarku menelponku, dia memutuskan hubungan kami dan akan menikah dengan wanita lain” jawabnya. “Kamu yang sabar ya…sudah jangan menangis lagi, di dunia ini lelaki gak Cuma dia aja kog, masih banyak lelaki lain yang lebih baik dari dia” jawabku sok bijak. “Tapi mas, perawanku hilang karena dia, aku sudah tak berharga lagi” katanya “Jangan berpikiran sempit, lihat disana banyak janda beranak yang juga jadi rebutan” jawabku mencoba menghibur. Vivi lalu terdiam, aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan begitu mendengar ucapkan, tapi perlahan isak tangisnya mereda dan mulai memakan makanan yang sudah kami pesan. Setelah selesai makan, Vivi ngomong sesuatu yang membuatku terkejut, dia berkata kalau dia gak mau balik ke kampusnya dulu, “Mas, kamu mau gak nemenin aku?” tanya Vivi mengejutkanku. “Lha ini kan sudah kutememani” jawabku singkat. “Iya tapi maksudku, temani aku satu atau dua hari gitu, tapi kalau kamu gak sibuk sih” katanya manja. “Sebulanpun juga gakpapa kog Vi” jawabku menggodanya. “Yang bener? Terus nanti pacarmu kalau marah gimana?” tanyanya memancing. “Udah jangan banyak tanya, kalau kamu butuh teman aku bersedia menemanimu” jawabku sambil mencubit dagunya. “Iiih, mesti ujung-ujungnya gombalan…hahaha” jawabnya. “Emangnya kamu mau kemana minta ditemenin segala? Aku gak maul ho kalau suruh nemenin tidur,,hahahaha” tanyaku bercanda. “Yeee, GR banget sih kamu, enakan tidur ma bonekaku…” jawabnya membalas candaanku. “Emang bonekamu punya burung?hahahha” tanyaku memancing. “Omong apa sih kamu, ngeres banget iihhh….” Jawabnya dengan nada manja. “Aku juga siap kog jadi pacarmu sehari hehehhe…” kataku sambil mengelus pipinya. Sesaat kemudian Vivi terdiam kembali, telapak tangannya berubah menjadi dingin dan berkeringat dengan ekspresi wajah yang gugup. “Kamu kenapa Vi? Kog telapak tanganmu berubah dingin gini? Padahal cuma kuelus pipimu belum yang lainnya” tanyaku yang membuatnya tersadar dari lamunannya dan menarik tangannya. “Udah ah…jangan ngawur, aku cuma pengin cari tempat yang tenang saja untuk menenangkan diriku, yuk cari tempat dimana gitu?” ajaknya. “Aku tahu tempat yang asyik, dijamin kamu akan lupa dengan pacarmu dan mungkin juga lupa daratan…hahahaha” kataku sambil bercanda. Tanpa menunggu jawab dari Vivi, aku lantas menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam mobil dan langsung menuju tempat yang aku janjikan pada Vivi, yaitu sebuah apartemen yang bisa disewa harian. Tiga puluh menit kemudian kami sampai di lokasi, di apartemen ini biasanya aku mengadakan pesta bersama dengan teman-temanku. “Ini tempat apa mas? Seperti diskotik?” tanya Vivi penasaran. “Sudah nikmati saja, anggap di rumah sendiri” kataku sambil menuangkan minuman yang aku ramu sendiri. Kuputar musik di layar lebar yang berada di depan kami. Ruangan yang redup menambah keharmonisan kami. Hanya butuh waktu 5 menit, ramuan yang kubuat sudah berhasil membuyarkan kesadarannya. Tanpa sadar kini tangan kanan Vivi mengelus-elus memenya sendiri dari luar celana yang dia pakai. Tanpa menunggu lama aku langsung menyambar tubuhnya hingga terjatuh di sofa dan langsung kutindih badannya. “Biar kubantu mengelus ya? Agar lebih nikmat” kataku padanya. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung melepas semua pakaianku yang melekat pada tubuhku termasuk CDku kemudian aku juga membantu melepaskan seluruh baju Vivi, awalnya sih dia menolak dan coba menepis tanganku, tapi begitu dia melihat kontolku yang besar berdiri dia langsung menyerah. Aku langsung mengambil posisi 69. Kujilati memeknya yang tanpa ditumbuhi bulu. Kubuka lubang memeknya dengan lidahku. Bisa dibayangkan betapa nikmat yang dirasakan Vivi apalagi dicampur dengan meminum ramuan yang buat tadi seakan menambah gairahnya. Vivi mengerang kencang, tanpa kuatir ada yang mendengar dari luar, karena ruangan ini memang cocok untuk mengekspresikan desahan dan rintihan. “Arrgghhh, maasss…. Enak maaasss…terus mas..tusuk lubangku dengan lidahmu maasss…ooohhh…” Desahnya semakin kencang seiring dengan sodokan lidahku yang juga semakin cepat mengobok-obok memenya yang sudah sangat becek. Vivi pun membalas permainanku, dia menjilati, menghisap dan mengocok kontolku dengan liarnya bahkan tak segan-segan dia menyusur anusku. Mengejang tubuhku dibuatnya dan kontolku pun seakan semakin mengeras dan panas. “Aduuuhh…Viiii nikmat sekali sayaaaang…terus sayang jangan berhenti ya sedot yang keras Viiii….” Vivi pun menuruti perkataanku dia, lalu menghisap kencang kepala kontolku dan semakin memasukan dalam ke mulutnya hingga terkena tenggorokannya. Rsanya sungguh nikmat di banding masuk ke dalam memek. Tapi aku gak tega melihat wajah Vivi berubah menjadi pucat terengah dan tersedak sejadi-jadinya. Lalu kusandarkan tubuh Vivi di sofa dan perlahan aku menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya. Perlahan kumasukan kontolku ke dalam lubang memeknya, terasa masih sempit meski dia sudah tak perawan lagi. Dengan sedikit bhentakan akhirnya kontolku berhasil masuk ke dalam memeknya, “Sleeeep…..”. Vivi menjerit antara nikmat dan sedikit menahan sakit. “Aaauuu…aaahhhh….sssthhhh….” Setelah seluruh kontolku masuk ke dalam memeknya, akupun mulai memompa memek tersebut dengan penuh nafsu, dan tanganku kugunakan untuk meremas toketnya. Sodokanku kupercepat dan sesekali aku memukuli pantatnya seperti film bokep yang sering kulihat. “Oooohhh…. Yeeeessss….” Erangan Vivi membuatku semakin bernafsu. Dan untuk menambah sensasi aku memasukan jari tengahku ke lubang anusnya yang terlebiih dahulu kulumuri dengan lendir memek Vivi. Aku tak peduli dengan apa yang dirasakan oleh Vivi, entah itu sakit atau nikmat. Dua lubangnya kukocok bersamaan, kontolku menyodok memeknya sedangkan jari tengahku mengobok-obok anusnya. “Enak gak Viiii…. Hari ini aku seutuhnya milikmu, kamu akan kupuaskan sayang….” Tanyaku sambil terus menyodok kedua lubangnya. “Enak sekaliii maasss….aku udah gak tahan lagi maasss…” jerit Vivi. Tak berapa lama tubuh Vivi menegang pertanda dia sudah orgasme. Tapi aku terus saja menyodok lubang-lubangnya, selama aku belum orgasme aku tak akan menghentikan sodokanku. Dan benar saja setelah hampir setengah jam aku mengobok-obok memek dn anusnya, aku merasa tanda-tanda kontolku akan menyemprotkan sperma, Aku semakin mempercepat sodokan kontolku. “Ploookkk…ploookk…ploookkk” “Aaahhhhh..ooohhhh….” teriaku sambil menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam lubang memeknya. “Crooot…crooottt…croootttt…”. Kutahan kontolku agar tetap berada di dalam memeknya sampai spremaku habis seluruhnya menyemprot rahimnya. Kami berdua benar-benar menikmati persetubuhan yang liar ini. Dan akhirnya kami tertidur hingga pagi. Keesokan harinya kami pulang ke rumah karena Pak Rt dan Bu Rt sudah menunggu kami. Disepanjang perjalanan Vivi menangis lagi. Dan sama seperti cowok yang lain aku mencoba untuk merayu dan menenagkannya. Aku juga berjanji akan bertanggung jawab apabila dia sampai hamil. Tapi untungnya samapi kontraku selesai Vivi tak juga hamil, aku pulang kampong dengan aman.
Anakdan Ibunya Yang Berjilbab – Nama gua gunawan,umur gue sekarang 21 thn. Gue ingin cerita tentang pengalaman seks gue sewaktu kelas 2 sma. Bokap gue seorang bisnismen,super sibuk deh.Nyokap gue adalah ibu rmh tangga,dan mama yg menjaga kedai kami yg berada di depan rumah.Nyokap gue lumayan cantik,tapi sayang kecantikanya itu ditutupi jilbab yg melekat
– Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu .. Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.. Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya. Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku. Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an. Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh. Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal. Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung. Sekali aku nyeletuk, N’tar dilihat orang Pak’, Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia. Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora, Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik .. Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku .. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’. Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’. Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain sejam’?? Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku. Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar ..’, Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.. Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku. Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk. Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini. Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar .. , uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku. Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini. Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’. Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee.. Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu. Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku .. Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass .. Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku. Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini. Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass.. Category Cerita Sex Tags agen seks, cerita indo sex, cerita panas, cerita panas 2018, kisah seks
CeritaDewasa BISPAK ML DENGAN ANAK PAK RT . ML DENGAN ANAK PAK RT ML DENGAN ANAK PAK RT : Ceritadewasasq3-Sudah hampir dua bulan aku ngekost di rumah Pak Irwan ketua Rt kampung Bojong daerah Bekasi. Kebetulan aku mendapatkan kontrak kerja selama setahun untuk sebuah proyek pembangunan apartemen di Bekasi. Dan selama itulah aku memendam
Baca selengkapnyaPak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air led cerita dewasa .Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun cerita dewasa. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. sama dia , Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas .Saatsaat seperti itu membuat Nafsu Birahi ku naik. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Bapak Singgih, Pak RT di kompleks itu. Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Bapak Singgih yang nampak paling sibuk di Cerita Sex . Pada akhirnya, setelah hampir jam kami bercinta, aku mendapat .Tahun silam aku diangkat sebagai Ketua RT oleh warga Aku tertarik pada istri tetanggaku yg cantik,putih dan sexy. mendapatkan meniduri Titis istri tetanggaku, tepatnya akhir Maret lalu "Pak, kamu hebat!!," kata Titis padaku. Nafsu Birahi Wanita yang Telah Lama Menjanda Seks Terlarang .Posted at h in Cerita dewasa by projejakartaadmin "Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju .Read Selingkuh Dengan Ketua RT from the story Mature Stories by elenafreya Kumpulan cerita dewasa hanya untuk tahun ke atas. Aku melakukan masturbasi membayangkan ngentot dengan seorang lelaki, yang tidak Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Bapak Danu, Pak RT di kompleks itu..Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air led cerita dewasa .Aku adalah lulusan sebuah Universitas T cerita dewasa Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk .Cerita Hot Aku Berselingkuh Dengan Pak RT Bagian Dua Sementara aku menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku . Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. . AKU NGENTOT PACARKU YANG BERNAFSU BESAR Pada satu waktu Ira .
CeritaBersambung Karna Suami Sibuk Terpaksa Selingkuh Pak RT. NOVELBASAH.CLUB – Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian.
Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau lewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk 'Nike' yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Vito yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagar dan kupersilakan dia masuk."Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya" senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah."Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?""Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya".Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya."Minum Pak", tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku."Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi" katanya."Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?" godaku sambil mengurut-ngurut diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu."Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat"Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku."Pijatan Bapak enak ya Dik?" tanyanya."Iya Pak, terus dong.. enak nih.. emmhh!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Vito, desahanku kadang kusertai dengan geliat semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya."Enngghh.. Pak!" desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Vito pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku."Aawww..!" aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Vito tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu."Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga", rayunyaDia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Vito begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya."Hhmm.. wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah" godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras."Pak.. oohh.. saya juga mau.. Pak!" desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu."Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik" katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh.. batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Vito mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Vito. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap Vito menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata, "Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon".Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa."Nggak kok.. tidak apa-apa.. cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit" katanya di lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku."Wah.. Dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang" katanya sambil mencubit putingku."Hehehe.. sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan" kataku dengan tersenyum nakal."Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih" dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan Vito menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku."Sayang kalo dibuang, kan mubazir" lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya."Enggh.. masukin aja Pak, udah kepingin nih".Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Vito mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Vito sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Vito menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli."Uuuhh.. Pak.. aakkhh..!" aku kembali mencapai terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Vito bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air."Bapak udah mau.. Dik.. Citra..!" desahnya dengan mempercepat kocokkannya."Di luar.. Pak.. aku ahh.. uuhh.. lagi subur" aku berusaha ngomong walau suaraku sudah lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Vito sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya."Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus" pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan."Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik""Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang" kataku dalam aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar 'medan laga' kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan
Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. aku menekan-nekannya perlahan Aku pikir, biarlah, OK-lah, supaya cepat beres dan cepat pulang Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali October 26, 2012 Aku terpaksa menahan rasa enak dan geli Aku terpaksa
Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku melewat didepannya, seringkali matanya jelalatan melihat padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau melewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku. Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi. Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam “Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah “Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?” “Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan sama teman-temannya” Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya. “Minum Pak” tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku “Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya “Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga ?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku. Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu. “Mari Dik, kesinikan kakinya biar bapak pijat” Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh…pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku. “Pijatan bapak enak ya Dik ?” tanyanya “Iya Pak, terus dong…enak….emmhh !” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya “Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Hambali pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku dipelorotkannya beserta celana dalamku. “Aaww…!” aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klistorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Hambali tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu. “Kamu memang sempurna Dik Citra, daridulu bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga” rayunya Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Hambali begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya. “Hhmm…wangi, pasti adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh…lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras. “Pak…oohh..saya juga mau…pak !” desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu. “Kalau begitu bapak di bawah saja ya dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69 Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya. Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Hambali mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klistoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Hambali. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap padanya. Pak Hambali menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata “Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di telepon” Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa. “Ngga kok…tidak apa-apa…cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku. “Wah…dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan bapak udah suruh stop dulu, eee…malah dibikin keluar lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku “Hehehe…sori deh pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal “Hmm…kalo gitu awas ya sekarang bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Pak Hambali menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku. Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku “Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya. “Enggh…masukin aja Pak, udah kepingin nih” Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Hambali menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh…mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam. Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh…ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. “Uuuhh..Pak…aakkhh…!” aku kembali mencapai orgasme, vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air. “Bapak udah mau…dik…Citra…!!” desahnya dengan mempercepat kocokkannya. “Di luar…Pak…ahh…uuhh…lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus. Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi. Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya. “Wah Dik Citra ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis. Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan “Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik” “Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
Kaliini Tim Kreatif Masa Puber akan memberikan anda sebuah cerita mesum dewasa yang mengisahkan antara majikan dengan seorang pembantu rumah tangga, dan ini tidak kalah serunya dengan cerita panas sedarah yang sudah saya tuliskan beberapa hari yang lalu. Dan mungkin juga cerita mesum dewasa termasuk sebuah cerita yang sangat fantastis sekali
Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Solo. Menjadi seorang janda menjadikanku sering merasa sendirian dan banyak melamun membayangkan kehangatan pelukan laki-laki seperti saat aku masih menikah dulu. Saat-saat seperti itulah yang membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Catur, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah mendekati 50 tahun, kalau membayangkan Pak Catur ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gede sekali. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku sampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tegap, dan berisi walaupun sudah berumur, aku bayangkan kontol Pak Catur pastilah kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh… betapa nikmatnya dientot kontol macam itu… Pak Catur Di kompleks itu, di antara ibu-ibu, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 168 cm dan berat 56 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal sekali. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang besar dan montok ini membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini… Aku Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami seRT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang mengurus pelaminan, ada yang membuat hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian membuat pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Catur mau ke Pasar, ’mbonceng saja sama dia…’ Bu Kasno memberitahuku sambil menunjuk Pak Catur yang tampak paling sibuk-dan paling macho di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Catur mau cari apaan?’ dengan dag-dig-dug aku bertanya. Ini, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya…’ Pak Catur menjawab tanpa menengok ke arahku. Iya deh… aku pulang ’bentar ya Pak Catur. Percakapan kami berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk bekerja disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Catur yang mengemudi Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Catur terasa sangat nyaman sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Catur yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu tampak menggunung. Aku nggak tahu apakah yang menggunung itu? Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa yang ada di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Catur tiba dan menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’ sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada kebapakan. Dan aku bener-bener kaget, lho! Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau bertanya sambil meraba yang ditanya. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar ituu…’ walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha menganggap tindakan Pak Catur di pahaku ini adalah hal yang wajar. Tetapi rupanya Pak Catur nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu…’ tangannya kembali menepuk-nepuk dan mulai diraba-rabakannya pada pahaku, seakan sentuhan seorang bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku langsung merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Catur merabakan tangannya lebih ke atas, menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkannya kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkannya, bukan menepisnya. Yang aku rasakan, aku ingin tangan kekar itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk kemungkinan yang lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Catur mengalah. Tetapi bukan mengalah seperti dugaanku semula. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah gerakannya. Tangan itu kini mulai meremas-remas pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergapku. Aku mendesah tertahan. Aku menjadi lemas, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Catur meremas pahaku. Dik Maarr…’ dia berbisik sambil menengok ke arahku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Catur sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Catur dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Pasar yang macet membuat pengemudi harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kopling. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku ingin tangan Pak Catur itu kembali ke pahaku. Kembali meremas-remas. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku kini disesaki oleh syahwat birahi yang menggelora. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal jauh ke awan. Apa yang kuinginkan pun benar terjadi. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Catur kembali ke pahaku. Aku mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan yang tadi, datang kembali. Jantungku pun seketika berdegup kencang, terpacu oleh birahiku. Dan nafasku tiba-tiba saja menjadi sesak, dipenuhi rangsangan birahi akibat remasan liar di pahaku itu. Merasakan lampu hijau dariku, langsung saja tangan Pak Catur meremas-remas pahaku. Dan tangan yang nakal itu mulai merayap naik ke pangkal pahaku. Kucoba untuk menahan tangannya. Eeeii… malahan tanganku ditangkapnya dan diremas-remasnya. Dan aku pun pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Catur. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan dan di paha terus berlangsung. Sesekali aku menyeletuk, Entar dilihat orang lho Pak’ kucoba mengingatkannya. Ah, nggaakk mungkin, kaca mobilnya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’ timpalnya. Aku percaya apa yang dia katakan. Sesudah beberapa saat saling meremas tangan dan paha, rupanya desakan birahi pada Pak Catur juga menggelora. Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’ dia bertanya dengan berbisik. Ke mana Pak..?’ pertanyaanku yang disertai harapan dan impianku. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan…?’ tanyanya lagi. Terserah Pak Catur… Tapinya entar ditungguin orang-orang… entar orang-orang curiga lho’ sahutku. Iyaa, jangan khawatirr… paling lama sejamlah…’ tandas Pak Catur sambil mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari arah belokan. Aku nggak ingin bertanya padanya ’Mau ngapain sejam?’ Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Catur membalikkan mobilnya kembali menuju ke arah Cempaka Putih. Ah… Pak Catur, pasti sudah biasa dengan hal begini. Mungkin sama perempuan atau istri orang lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan degupan kencang jantungku, aku berusaha menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, aku akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat indah dan nikmat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan selingkuh Pak Catur ini. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat dengan Pak Catur. Pasti dia akan menjagaku dan melindungiku. Pasti dia akan memperlakukanku dengan halus, mesra, dan lembut. Bagaimana pun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi dan melindungi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya sendiri dengan perbuatan yang dapat membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin sekali bisa melayani dia yang selama ini selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan aku penasaran, bagaimana caranya memuaskanku, apakah sama dengan yang selama ini ada dalam khayalanku? Aku pun menjadi gemetar. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah akibat desakan birahi yang naik ke ke kepalaku membuat wajahku bengap. Dan semakin mobil mendekat ke tujuannya, semakin yakin diriku, dan aku tidak mungkin mecabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Catur ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil tampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Catur menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Catur langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakun berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo… aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Catur mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar…’ kata Pak Catur sambil menatapku dengan tersenyum mesra. Di mana ini Pak ..?’ terus terang aku nggak tahu di mana tempat ini. Tempat Pak Catur membawa aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari teman-teman dalam obrolan-obrolan porno di setiap acara arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Catur tidak menjawab pertanyaanku, tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Catur yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh..uh..uh.. Aku tergagap sesaat.. sebelum akhirnya aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi dan menjadi lepas kontrol. Aku merasakan lidahnya yang kasar menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah menghisapnya. Lidah itu menari-nari di rongga mulutku. Aroma keringat Pak Catur langsung menyergap hidungku. Beginilah rasanya aroma lelaki macam Pak Catur ini. Aroma tubuh Pak RT yang telah berusia 50 tahun tetapi tetap memancarkan nuansa kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat bermasturbasi. Aroma hewaniah yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini… Sambil melumat, tangan-tangan kekar Pak Catur juga turut merambah tubuhku. Jari-jemarinya berusaha melepaskan kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari-jemari kasar pada buah dadaku. Uuiihh… nikmatnya tak tertahankan. Aku menggelinjang-gelinjang. Menggeliat-geliat keenakan sehingga pantatku turut naik-turun dari jok yang aku duduki disebabkan oleh gelinjang nikmat yang dahsyat ini. Sekali lagi aku merasa edaann… aku digeluti Pak RTku sendiri. Bibir Pak Catur terus melumatku, dan aku menyambutnya dengan sepenuh kerelaan hati. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan semacam ini dalam setiap khayalan-khayalan erotikku. Ohh.. Pak Catur.. Tolongin akuu Pakee.. Puaskanlah akuuu.. Paak.. Puaskaann dirikuu… jilati tetekku… leherku… perutku… pantatku… memekku… pahaku… semuanya… semua ini untukmu Paak… Aku hauss… Paak… Tulungi akuu Paakk… Kita turun dulu yuk Dik Mar… kita masuk dulu…’ ajak Pak Catur. Dia menghentikan lumatannya, lalu bergegas membuka pintu mobilnya. Begitu masuk ke dalam motel, kami berdua langsung diterpa udara dingin khas AC. Motel ini ternyata bagus juga. Selain berpendingin udara, ada seperangkat televisi, dan pemutar DVDnya, juga cermin besar dekat tempat tidur. Tempat tidurnya pun besar, ukuran spring bed. Di dekatnya ada meja pendek dengan tiga buah kursi di sekelilingnya. Begitu masuk kudengar telepon berdering dari meja itu. Rupanya dari bagian resepsionis motel itu. Pak Catur menawarkan makanan atau minuman apa yang aku inginkan? yang bisa diantar oleh petugas motel itu ke dalam kamar. Aku menyerahkannya ke Pak Catur saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet ingin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Catur sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku keluar dari kamar kecil ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Catur itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar… Sini Sayang…’ Uh… uh… uh… Omongan seperti itu.. masuk ke telingaku pada saat-saat begini… aku merasakan betapa panggilan itu sangat merangsang syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali mantan suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, Pak Catur, Pak RT kompleks rumahku, yang jauh lebih tua dari mantan suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilannya… ’Sini Dik Mar…’ itu terdengar sangat erotis di telingaku. Uuh uh… uh… Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Uhh… aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar… tanpa ragu aku mendekat ke arah Pak Catur, yang disambut senyuman mesra oleh lelaki berkumis itu. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, serta-merta Pak Catur menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya seorang yang berselingkuh dengan pak RT ku sendiri, dan tidak sabar menunggu momen-momen berikutnya. Momen yang pasti akan memenuhi khayalan seksualku. Kerinduan akan kenikmatan dan kepuasan seksual, yang belum pernah dirasakan penyeleweng pemula seperti aku ini. Dik Mar.. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini… Setiap kali aku lihat gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar.. Hatiku selalu terbakar.. Kapan kiranya aku bisa merangkuli Dik Mar macam ini..’ terdengar pujian Pak Catur sambil menatapku dengan mesra. Bukan main ucapan Pak Catur. Telingaku seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian seindah itu. Dan semakin membuatku rela untuk digeluti Pak Catur yang gagah ini. Pak Catur.. Kekasihkuu.. Dia segera berbalik dan menindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang seketika gelagapan, kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya kembali ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibir seksinya lebih menekan lagi ke bibirku. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus ludahku. Sepertinya aku ingin dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremas-remas kedua susuku. Hanya sebentar dia melakukannya. Gantian bibirnya yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat, hisap-hisap, dan sedot-sedot. Habis-habisan. Dan akibatnya, yang datang padaku adalah gelinjang nikmat dari saraf-saraf birahiku yang meronta-ronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini, diiringi dengan rintihan yang terus-menerus keluar dari mulutku, ’Pakee.. Pakee.. Pakee.. Ampuuun nikmattnya Pakee…’ Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepaskannya kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Jari-jemarinya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh… tak terperikan kenikmatan yang mendatangiku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku, yang melayang ke langit-langit kenikmatan tak terhingga. Saat jari-jemari itu meraba-raba bibir kemaluanku dan kemudian meremas-remas kelentitku.. aku pun melayang tambah tinggi ke ruang angkasa seksual tak bertepi. Kenikmatan.. sepuluh kenikmatan.. ah.. jutaan kenikmatan Pak Catur berikan padaku lewat jari-jemari kasarnya itu. Jari-jemari itu juga berusaha merambahi lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-ujungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan jari-jemarinya menembus ke lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan jari-jemarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku.. Ohh.. kenapa aku ini.. Ooohh… Pak Catur terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merambah ketiakku. Dia jilat dan sedot-sedot ketiakku. Dia tampak sekali menikmati rintihan nikmat yang terus keluar dari mulutku. Dia tampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan sebelumnya. Sementara jari-jemarinya terus menembus lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf birahi dia kutak-katik, sehingga aku hampir pingsan dilanda badai kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku pun mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, dua jari, kini disusul dengan jari lainnya. Kenikmatan yang aku terima pun bertambah. Pak Catur tahu persis titik-titik kelemahan erotis kaum perempuan. Jari-jemarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi, hanya dengan jilatan di ketiak dan telusuran jari-jemari kasarnya di lubang vaginaku, aku tergiring sampai ke titik di mana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kalinya disentuh oleh lelaki, lelaki yang bukan suamiku pula, Pak Catur berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kupeluk erat-erat tubuh Pak Catur. Kepalanya kuraih dan kuremas-remas rambutnya. Kuhujamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan akan luka dan rasa sakit yang mungkin ditanggung Pak Catur. Pahaku menjepit erat tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat, tak sabar menginginkan rambahan jari-jemarinya agar lebih dalam menembus ke lubang vaginaku. Lubang milikku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat dahsyat. Tingkahku itu, terus menerus diiringi rintihan nikmat dari mulutku. Dan saat orgasme itu datang, aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening, keluar menderas dari kemaluanku. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mata, pipi, dan ke bibirku. Kusibakkan rambut panjangku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar berAC ini. Saat kenikmatan itu telah reda, kurasakan tangan Pak Catur sedang mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niupnya dengan penuh kasih sayang. Uh.. uh.. uh.. dia benar-benar mengayomi aku. Dia mengelus-elus dahiku, dia sisiri rambutku dengan jari-jemarinya. Hawa dingin terasa kembali merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku mulai merasakan kembali sejuknya AC di kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat sekali yaahh.. Keluarnyaahhh… Istirahat dulu yaa..?! Saya ambilkan minum dulu yaahh..’ tawar Pak Catur dengan suara yang menimbulkan perasaan yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih tersengal-sengal. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya, saat aku menyeleweng dengan tetanggaku sendiri, untuk digauli dan digumuli oleh Pak Catur. Sementara saat aku masih terlena di ranjang, menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Catur terus menciumi bibirku. Dia sodorkan hidungnya ke perutku. Bahkan lidah dan bibirnya bergantian menjilat dan menyedot keringatku. Tangannya tak henti-hentinya meraba-raba selangkanganku dengan gerakan lembut. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Dik Marni capek ya?’ bisikan lembut Pak Catur menyadarkanku dari lamunan. Nggak Pak. Lagi istirahat saja.. Tadi koq nikmat sekali yaa.. aku sudah nyerah, padahal baru pemanasan saja.. Pakee.. Pak Catur juga hebat lhoo.. Baru di kutak-katik saja aku sudah kelabakkan.. apalagi aku dientot… Hi.. hi.. hi..’ aku berusaha menunjukkan pada Pak Catur betapa berterima kasihnya diriku setelah digumulinya tadi. Aku ingin membesarkan hati Pak Catur yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini. Rupanya Pak Catur hanya ingin tahu bahwa aku nggak tertidur. Mendengar jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia ambilkan minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja. Dia angsurkan minuman itu kepadaku, yang langsung saja kuhabiskan dalam beberapa teguk. Setelah itu, dia ambil gelas minuman yang sudah kosong itu, dan mulai mengisinya kembali. Kali ini giliran dia yang menghabiskannya. Setelahnya dia berkata padaku setengah berbisik. ”Sekarang biar Pakde memuaskan Dik Mar sepuas hati..” Pak Catur mulai melepaskan pakaiannya. Hanya saja dia melepaskannya dengan meniru gaya penari striptease lelaki, seperti yang aku lihat di film-film porno itu. Wuuiihhh… aku jadi tergetar dan tambah terangsang melihat tarian stripteasenya Pak Catur. Mula-mula dia lepaskan kemejanya, lalu kaus dalamnya, celana panjangnya, dan terakhir celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain mantan suamiku. Wuuiihh.. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Catur. Pada usianya yang mendekati 50 tahun itu, sungguh Pak Catur memiliki tubuh yang sangat seksi bagi kaum perempuan yang memandangnya. Bahunya tampak bidang. Lengannya kekar dengan otot bisep yang tebal. Perutnya nggak tampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang keras, seperti papan penggilasan. Pinggang dan pinggulnya ramping, enak dilihat. Bukit dadanya yang kokoh dengan dua putting susu kecoklatan, sangat menantang… menunggu gigitan dan jilatan lidah perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang macho ini, aku lihat Pak Catur adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot yang bersembulan di tubuh atletisnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini. Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah.. kontolnya.. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain.. tapi kontol yang kusaksikan saat ini begitu dahsyat. Kontol Pak Catur sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu gede, panjang, keras hingga tampak kepalanya yang berkilatan. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara sungguh merupakan paduan sempurna antara erotisme dan kemaskulinan seorang lelaki. Sangat menantang. Dengan diameter lubangnya yang gede, kontol itu seakan tak sabar menunggu mulut atau kemaluan para perempuan binal yang ingin melahapnya. Sesudah telanjang, Pak Catur naik kembali ke atas ranjang. Dia berusaha menarik pakaianku; celana jeansku yang sejak tadi masih di menempel di separuh kakiku, kemudian blus dan kutangku turut dilepasnya. Kini aku dan Pak Catur sama-sama telanjang bulat. Pak Catur langsung saja rebah di antara pahaku. Dia langsung menyungsep di selangkanganku. Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn.. Lidah kasar Pak Catur menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedot-sedotnya. Ujung lidahnya berusaha menembus lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuatku merasakan kegatalan birahi yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Catur dan jariku meremas-remas kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang semakin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-turun menjemput lidah di lubang vaginaku itu. Tak lama kemudian, Pak Catur memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Catur maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Catur, dan sebaliknya Pak Catur tidak perlu kelelahan untuk terus mengeksplorasi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Catur dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan. Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga membuatku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Catur sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya di mana Pak Catur sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku turut merangsang nafsu birahi Pak Catur yang juga tidak bisa terbendung. Sesudah menurunkan kakiku, Pak Catur langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik di mana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain mantan suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke awang-awang. Sendi-sendiku bergetar.. tak sabar menunggu kontol Pak Catur menembus kemaluanku.. Aku hanya bisa pasrah.. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini… Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Catur itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran… Santai saja Dik Mar.. biar lemesan..’ terdengar samar-samar suara bariton Pak Catur di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala. Pakee.. Pakee.. ayyoo.. Pakee tulungi saya Pakee.. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee..’ kedengarannya aku mengemis minta dikasihani. Iyaa Dik Marr.. Sebentar yaa Dik Marr..’ balas Pak Catur dengan suara bariton yang parau, yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri. Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Mengijinkan kontol Pak Catur menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya. Uuhh.. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat dan panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Kemudian Pak Catur mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekwensi yang semakin sering dan semakin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Catur menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit mengebor. Dan saat Pak Catur menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya. Demikian secara beruntun, semakin cepat, cepat, cepat, cepaatt.. ceppaatt… Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku dan keringat Pak Catur mengalir deras dan berjatuhan di tubuh masing-masing. Mataku dan mata Pak Catur sama-sama melihat ke atas dengan hanya menyisakan sedikit bagian putih matanya. Pacuan birahi yang semakin cepat kami lakukan juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu tampak bergoyang, semakin kabur, kabur, dan kabur… Sementara rasa nikmat yang kami rasakan semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, desah, dan rintih hanyalah nikmat saja isinya… Marnii.. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Marr? enak yaa.. enak Marr.. ayyoo bilangg enak mana kontolku sama mantan suamimu? Ayoo Marr enak mana \? ayoo bilangg! ayyoo enakan manaa?’ terdengar Pak Catur meracau. Pakee.. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee.. Panjangg.. Uhh gedhee sekali.. Pakee.. Enakan kontol Pak Catur..’ jawabku. ’Ahhh… Ohhh… Bener… Marniihh… Ennaakkhh… Ohhh… aahh… kontol… Padee… Marnii… Ooohhh… sayaanngg…?’ tuntut Pak Catur lagi. ’Ohhh… Aahhh… Yaahhh.. Pakee.. Benerhhh… Sumpaahhh… Ennaakkhh.. Kontolsshh… Pakeehh…’ jawabku lagi. Selanjutnya aku yang ganti meracau… ’Kalau… Ohhh… aahhh… Assoyyhh… Ennaakhh… Maannaahh.. Memekkhh.. Marniihh… Samaahh.. Memekkhh… Ohhh… ahhss… Bu… Tantrihh…?’ Bu Tantri itu istrinya Pak Catur. ’Ouuhh… ahhss… Ahhss… Ouhhhss.. Saamaahh.. Samaahh.. Ennakhhss.. Saayaangghh…’ ’Uhhh… ahhss… oohhss.. kaalaauuhh… samaahh… memekkhh… oohhh… Bu… Sintaahh…?’ Racauku lagi. Bu Sinta adalah bendahara di RT kami. ’Oohh… aahss… aahss… oouhhh… aaahh… eennaakhhh… memekkhh.. Marniihh… Ouuhh… jepitaannhh… nyaahh… kerasaa… bangethhh… Ohhh… yaaahh… terusshh… jepithhh… kontolsshh… Padeee… Marhhh…!’ Begitulah… racauan birahi antara aku dengan Pak Catur. Tanpa terasa posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Kulihat dari kaca di ruangan itu, pemandangan lelaki dan perempuan yang sedang asyik bersebadan, bersimbah keringat, membuat birahiku semakin bertambah ribuan kali lipat dan gerakan kami bertambah liar saja. Kemudian, tak lama sesudahnya, kuminta Pak Catur berganti posisi. Kali ini aku minta bercinta dengan dipangkunya. Pak Catur menyambut antusias usulanku itu… Blleepp… blleepp… pllaakk… pllaakk… plllaakkk… bunyi itu terdengar kala milik Pak Catur kembali tertelan oleh milikku. Pada posisi ini, aku bisa mudah menciumi dan menggigiti bukit dada Pak Catur sekaligus menghisap-hisap putingnya. Sedangkan Pak Catur dapat dengan puas menyusui susu dan menyedot puting susuku. Sesekali dia merambahi leher dan ketiakku, untuk dia jilati dan hisap-hisap permukaan kulitnya… Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dari mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Catur tampak berkilatan karena keringatnya. Dan hal itu membuat Pak Catur jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke perut enamnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang berkilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Catur yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku… Gelombang demi gelombang kenikmatan membuat kami semakin liar saja dalam memompa dan dipompa. Pinggul dan pinggangku bergerak-gerak liar, memainkan batangan gede nan panjang serta hangat yang sejak tadi aktif memompa memekku. Kujepit, dan terus kuhisap-hisap kontol Pak Catur dengan memekku, membuat dia menjadi seperti layang-layang yang mau putus. Kurasakan nafasnya mendengus-dengus seiring desah dan raungan nikmatnya, merasakan betapa liarnya milikku memainkan tongkat saktinya. Sepasang tangan nya berulang kali meremas-remas pantat dan payudaraku, seakan-akan ingin berusaha mengendalikan gerakanku yang semakin liar saja. Hanya saja aku tidak mau kalah. Semakin kuat remasan tangannya di pantat dan payudaraku, semakin kasar dan bertenaga aku bergerak naik-turun… ’Ouuhh… Oouhhh… Marniihh… Luaarsshh… Biaasssaahh… Mmemeekkhhh… Muuhh… Oouuuhh… Jepitaannyaahh… Kuaathh… Ouuhh… Ahhss…’ terdengar kembali racauan birahi dari Pak Catur. ’Aahhss… aahhss… Ooouhh… Ooohh… Aaahss… Kontolsshh… Paakeehh… Ayyohhh… Paakkeehh… Lebbihh… Keraasshh… Laagihhh…’ jeritku memberinya semangat. Mata Pak Catur beberapa kali tampak merem melek, sesekali memandangiku dengan ekspresi wajah sarat nikmat, di lain saat dia terpejam, berusaha meresapi gerakan pinggulku dalam memainkan kontolnya. Setelah selusin pompaan kemudian… Pak Catur memintaku untuk berganti gaya lagi. Kali ini dia mau menyetubuhiku dengan gaya anjing. Setelah kami saling memposisikan diri, kontol Pak Catur kembali lagi menghajar memekku. Ah.. Uhh.. uhhh.. Uhhh… nikmatnya luar biasa… sebelumnya tak pernah kurasakan kenikmatan seperti ini. Mantan suamiku tetap tidak mampu memberikan kepuasan bercinta walaupun berbagai gaya sudah kami lakukan. Berbeda dengan Pak Catur. Sejak tadi dia sukses membuatku keluar dua kali, masing-masing dari setiap gaya yang kami lakukan… Kurasakan kontolnya yang dahsyat itu terasa sekali gesekan dan alur-alur urat batangnya ke dinding dalam memekku. Apalagi ujungnya yang mirip helm tentara Nazi itu. Terasa sekali sundulannya ke mulut rahimku… Ouuhh.. dahsyat sekaliii… kenikmatan yang kurasakan semakin membuatku melambung ke langit yang ke seratus… ke seribu… ke sejuta… ah ke yang tak terhingga deh!!! Sambil tak lepas menghajar memekku dari belakang, tangan kekar Pak Catur tidak lepas-lepasnya meremas-remas payudaraku, memainkan puting-putingnya, menampar-nampar pantatku, dan menusuki lubang anusku dengan jari-jemarinya yang besar. Tak ayal kenikmatan yang aku terima pun semakin menggila… paduan remasan di payudara dengan tamparan di pantat dan tusukan jari di anusku membuat aku mampir ke puncaknya untuk yang keempat kalinya… Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 5 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn.. hanya dari Pak Catur aku bisa meraih multi orgasmeku inii.. Oohh Pak Catur.. terima kasihh.. Pak Catur mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo.. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu.. 10 menit kemudian… dengan terus mendengus-dengus memompa memekku dengan gerakan yang semakin cepat, kurasakan tanda-tanda dia akan keluar. Kurasakan kepala dan batang kontol Pak Catur mulai membesar dan membesar, akhirnya… diiringi jeritan nikmatnya, kontol Pak Catur aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali… Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Catur berkali-kali muntah di dalam vaginaku. Mungkin ada sekitar 7 kali muntahan spermanya dalam vaginaku. Setelahnya, Pak Catur berusaha membenamkan dalam-dalam kontolnya, seakan memastikan tidak ada cairannya yang tersisa di rongga batangnya. Untuk sesaat, kami bersikap seperti patung dalam gaya anjing ini, sebelum akhirnya kami ambruk bersama ke atas ranjang… Uhh… Aku jadi lemess sekali… Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa bertanggalan. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki lain, Pak Catur. Dan aku heran.. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Catur tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan seksual dari Pak Catur yang kemampuan dan stamina bercintanya sangat hebat. Di motel ini aku mengalami 5 kali orgasme. Empat kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan berganti posisi, dan yang pertama sebelumnya, hanya dengan gumulan, ciuman, dan jilatan Pak Catur di ketiakku sembari tangannya mengobok-obok kemaluanku, aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat kuimpi-impikan selama ini. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi indah yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru kali ini aku lakukan. Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, apalagi saat kulihat betapa seksinya Pak Catur, telanjang bulat dan berkeringat, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Bisa kulihat pemandangan bukit dadanya yang indah itu, seakan-akan menggodaku untuk mengeksplorasinya lebih jauh. Juga bibir seksinya untuk dipagut. Namun Pak Catur mengingatkan bahwa waktu bersenang-senang yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Catur khawatir orang-orang di kompleks kami menunggu dan bertanya-tanya. Pak Catur mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami janjikan pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya. Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Pasar ini sangat parah di siang hari ini. Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Catur tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual yang sejati. Paduan kesabaran, keterampilan, wajah gantengnya, tampilan ototnya yang kekar, postur tubuhnya yang tegap, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara ikhlas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Catur tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya.. tapi.. Benar adilkah..? Ah.. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 5 kali. Sementara Pak Catur hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh.. adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Catur selanjutnya..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi…? Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Catur apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan…? Apa yang harus aku lakukan…?? Pak, tadi puas nggak Pak..?’ aku memberanikan diri untuk bertanya. Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas!’ begitu jawabnya. Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin memperbesar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap gentleman’ macam dia. Aku harus mengamatinya dari sudut yang lain. Kulihat di bawah kemudi Kijangnya. Tampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih mengaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan di celananya itu. Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih mau yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??’ sambil tanganku terus memijit-pijit gundukan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras. Pak Catur diam saja. Aku tahu dia pasti menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremas-remas, mengurut-urut. Hheehh.. dik Marr.. enak sekali tangan Dik Marr yaa…’ erang Pak Catur. Biarlah, aku akan memberikan padanya apa yang aku bisa lakukan. Dengan berbagai gaya, tanganku terus meremas-remas dan memijit-pijit gundukan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri yang semakin menikmati kegiatan itu. Dan semakin lama justru aku yang semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih memenuhi kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikit pun mengisi rongga vaginaku. Dan ujungnya inilah yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya.. Pakee.. Aku mau lagii…’ aku berbisik lembut dengan setengah merintih. Kita cari waktu lagi Dik Mar… gampang… lain kali Dik Mar ’ tawar Pak Catur. Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak? Aku mau lihat lagi nih jagoan Pak?’ tanyaku sambil melempar senyum dan melirikkan mataku ke Pak Catur, ingin melihat reaksinya. Boleehh…’ dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Catur berkonsentrasi. Tanganku pun sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga tampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya ke kiri tentunya… Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Catur dari sarangnya… Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Catur mencuat keluar. Gede, panjang, dan tampak kepalanya yang bulat berkilatan. Pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww.. baru sekarang ini aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku. Rupanya precum Pak Catur telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh.. indahnyaa.. bisakah aku menahan diri..?? Pak Catur mau khan…?? mau entotin aku lagi ’khan?’ kembali aku berbisik, mengajaknya untuk bercinta lagi. Heehh.. ya mau dong Dik Mar. Dik Mar mau bantu Pak Catur nih..??’ timpalnya kemudian. Gimana bantunya Pak? Ayoo.. berhenti duluu! Kita cari tempat lagii.. Hayoo.. Pak…!’ jawabanku enteng dan setengah memelas. Nggak bisa begitu dong, Dik Mar… kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini ’khan macet nih jalanan… Maksudku, apakah.. eehh.. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??’ tandas Pak Catur. Nggak apa-apa Pak… saya rela koq. Saya mau bantu Pake… bener-bener lho Pak!’ tandasku lagi. Hmmm… kalau gitu… Pasti yang Pak Catur inginkan adalah aku mau menghisap-hisap kontolnya itu. Betul ’khan? Tapi aku juga berpikir cepat.. Tadi sewaktu di motel, Pak Catur membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vagina, kelentit dan lubang kemaluanku. Dia juga turut menelan cairan-cairan birahiku hingga tuntas. Aku menjadi ingat prinsip adil dan setara yang aku katakan tadi. Mestinya aku yaa… nggak usah ragu-ragu untuk berlaku sama dengan apa yang telah dilakukan Pak Catur pada kemaluanku. Dia telah menjilati dan menghisap-hisap kemaluanku. Dan aku terus terang sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Sekarang tampaknya Pak Catur seakan menguji diriku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dirinya. Aku membayangkan kontol itu di mulutku… Dik Mar, sperma itu sehat lhoo! Bersih, steril, dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Catur ini pasti sedap kalau Dik Mar mau mengulumnya…’ aku sepertinya mendengar sebuah permohonan. Aku kasihan juga pada Pak Catur. Mungkin dia sudah mengharapkan hal ini sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh dari beberapa waktu yang lalu. Kini saat aku sudah berada di sampingnya, harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba… Kulihat kembali kontol indah Pak Catur. Yaa.. benar-benar indah… apa artinya indah itu? Kalau memang itu indah.. sudah semestinya kalau aku menyukainya. Kalau aku menyukainya mestinya aku nggak jijik ataupun geli … Lihatlah precum itu… Indah bukan? bening, murni, dan mungkin juga wangi… dan juga bisa asin… Banyak lho yang sangat menyukainya… menjilatinya, menghisapnya… meminumnya cairannya… Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Catur yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan… Ah.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat, dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Catur. Yaahh… rasa asinnya begitu lembutt… Dik Maarr… Uhh enakk sekali… sihh… Ohh… terusshh…’ kepalaku mulai dielus-elusnya. Tak lama, dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku mengulum kontolnya. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengulum kontol Pak Catur di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Catur sedikit memundurkan tempat duduknya, memberikan kesempatan padaku untuk menikmati ’pisang tanduk’nya. Dik Marr.. Terus Dik Marr.. Kamu pinter sekali siihh.. uuhh Dik Marr..’ aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya.. Pada pangkal kepalanya ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu… kujilati habis-habisan… Marr.. Marniihh… Oohhh… Terusshh… aahhss… enakkkhh sekaliiihh…’ terdengar racauan Pak Catur kembali. Sekitar 15 menit kemudian, sambil terus mendesah-desah nikmat tanpa henti, tibalah Pak Catur di puncaknya. Sambil terus mendengus-dengus dia berkata; ’Ohhh…Aahss… Dikk… Marrr… Saayaangg… aku mau keluar nihh Dik Marr.. Ohh… Akuuhh… Ohhh… Aku mau keluar nihh…!’ erangannya tambah kuat dan duduknya kurasakan semakin gelisah. Aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya semacam peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir mungkin aku belum bisa menerima semburan maninya. Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku mau sekali merasakan sperma seorang lelaki jantan dan macho macam Pak Catur, langsung tumpah dari kontolnya ke mulutku. Lelaki yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedot, dan menghisap-hisap… Batangnya, pangkalnya, kepalanya, sedapat mungkin bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini. Semua bagian kontolnya itu aku rambahi terus-menerus dengan mulut dan lidahku. Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengulum batangan gede nan panjang milik Pak Catur itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi adalah kedutan-kedutan kontol Pak Catur dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Diiringi erangan nikmatnya, kontol Pak Catur pun memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat nan panas menyemprot ke langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Catur tumpah ruah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya. Sperma Pak Catur berleleran di pipiku, daguku, dan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Catur masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa di batangnya, bisa terkuras habis keluar. Mulutku langsung menyedotnya. Sekali lagi, pengalaman pertama dalam menyeleweng ini, benar-benar memberiku pengalaman baru yang sangat sensasional bagiku. Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar oleh Pak Catur. Sungguh aku merasa keberatan untuk perpisahan ini, walaupun kami bisa bertemu lagi. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Catur bagiku saat itu. Pak Catur juga tampaknya keberatan dengan perpisahan ini. Bisa kurasakan tatapan mesranya sebelum melepas tanganku. Sebelum berpisah, kami sempat membuat janji untuk mengulangi lagi peristiwa nikmat ini di lain waktu. Aku pun berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi di pasar itu. Sesaat aku turun dari taksi sesampainya di rumah, kulihat Mbak Surti tampak cemberut. Aku biarkan. Pada teman yang lain aku beralasan banyak bahan yang aku cari, stoknya sudah habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Catur. Mungkin dia sudah lama lebih dahulu sampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai. Aku pamit pulang sebentar untuk menengok rumah. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibir kemaluannya. Ketika kuperiksa, tampak beberapa rambut ada dalam genggaman tanganku. Mungkin rambut-rambut itu adalah jembut Pak Catur yang tersangkut saat kontolnya keluar- masuk menembus memekku dalam berbagai posisi tadi. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini. Aku hanya tersenyum kala melihat jembut-jembut Pak Catur itu. Langsung saja terbayang di mataku apa yang akan kami lakukan malam nanti, istri Pak Catur beserta anak-anaknya jadi pulang ke kampung halamannya setelah acara hajatan itu selesai. Aku hanya berharap agar keberuntungan kembali lagi terjadi pada kami, seperti tadi siang. Sekarang yang perlu aku lakukan hanyalah bersiap-siap, sebelum semuanya berlangsung sesuai harapanku. Bersambung…
qcpNH. d64s9515br.pages.dev/598d64s9515br.pages.dev/43d64s9515br.pages.dev/400d64s9515br.pages.dev/480d64s9515br.pages.dev/922d64s9515br.pages.dev/717d64s9515br.pages.dev/411d64s9515br.pages.dev/493d64s9515br.pages.dev/933d64s9515br.pages.dev/202d64s9515br.pages.dev/39d64s9515br.pages.dev/152d64s9515br.pages.dev/126d64s9515br.pages.dev/8d64s9515br.pages.dev/989
cerita dewasa pak rt